You can call me “D” if you want
Wawllohu A’lam
aku
tersenyum
dalam hati untuk yang satu itu, seorang yang notabene beragama non muslim
mengucapkan kata itu dan menempatkannya pada posisi yang benar sesuai dengan
artinya “hanya Allah yang tau dan mengendalikan seiisi alam”.
Tersenyum karena itu salah
satu bukti bahwa kita punya benih kerukunan antara satu sama lain sebenarnya,
hanya terkadang terasa begitu gersang ketika banyak orang menganggap dirinya,
keluarganya, atau kelompoknya yang paling benar dan paling hebat. Untuk yang
satu itu,
aku punya sesuatu buat kalian “jangan pernah merasa tidak berharga, sebaliknya
juga jangan pernah merasa lebih berharga”.
Saatnya
kembali ke “lorong” tadi;
lorong
itu cukup lebar, dan lumayan panjang, dia memiliki beberapa ruangan di
dalamnya. Beberapa orang nampak duduk bersama rekan dan keluarga sambil melihat
buku menu dan bercakap, sampai tiba-tiba...
smoking
area atau yang no smoking area
celetuk seorang laki-laki yang menyambut kedatangan kami,
dan
dengan setengah sadar karena masih sedikit mencoba mengenali rasa yang ada saat
menyusuri lorong itu bersamanya, secara otomatis keluar kata-kata
smoking
area mas...
begitu
hebatnya kerja otak yang bekerja tanpa lelah, dan tanpa harus diperintah. Mungkin karena dia juga tau
kalau masih ada beberapa batang rokok di saku celanaku yang siap untuk dihisap.
“Subhanallah”
begitu besar karuniaNYA;
aku
baru ingat mengucap namaNYA saat aku menulis cerita ini, mungkin benar kata
beberapa orang seringkali ditengah kehingar-bingaran kegiatan dan aktifitas
serta kejadian yang ada disekitar kita, membuat kita lupa untuk mengucap
namaNYA; kita butuh diam sejenak untuk “me-review” semuanya dan mengucap syukur
padaNYA, itu mungkin arti peribahasa “diam itu emas” karena dalam diam kita
bisa melihat lebih jelas.
Baru
beberapa saat kami duduk, dengan cekatan dan senyum salah seorang laki-laki
yang berdiri siaga menyodorkan kami beberapa buku menu mulai dari minuman,
makanan kecil, dan juga menu makanan utama. Berperawakan tidak besar dan
cenderung kecil malah, dengan anting di telinga kiri dan senyum ramah yang
selalu mengembang pada siapa saja, termasuk pada kami berdua.
Senyum;
aku
selalu membayangkan dan bercita-cita saat warung kopi, atau cita-cita terbesarku sebuah
Rumah Sakit berdiri kelak, semua karyawan diwajibkan untuk tersenyum selama
bertugas tanpa terkecuali,
agar pemilik kios bensin eceran seperti dalam lagu Iwan Fals “ambulance zigzag”
tidak lagi merasa dibeda-bedakan;
tentunya
itu bukan do’a agar sang pemilik kios bensin eceran itu celaka lagi karena kios
bensinnya meledak,
tetapi karena
menurut aku senyum itu adalah sebuah pesan paling universal tentang keakraban,
keramahan, kesamaan, persatuan, tidak hanya kasih sayang; itu sebabnya senyum
bukan hanya untuk orang yang tersayang, tapi untuk semua.
Berbicara
tentang orang tersayang, jangan takut untuk menjadi rancuh mana senyum yang
special untuknya, dan mana yang universal karena saat kita benar-benar
menyayanginya dan bersedia untuk hidup bersama selamanya, tentu bukan hanya
senyum yang akan mampu berkata dan menjelaskan, tapi juga tatapan mata, tingkah
laku yang berarti perhatian dan keperdulian padanya akan menjadi satu paket.
Masing-masing dari kita juga memiliki mata hati yang akan mampu melihat dan
membedakannya, termasuk dia.
Kembali
kebagian dimana seseorang menyodorkan buku menu;
sesaat
kemudian seorang perempuan yang bersamaku nyletuk, tepat
di depan laki-laki tersebut...
masnya
lucu yaa…, imut-imut...
tertawaa
aku saat itu, dan sosok yang semula hanya tersenyum semakin melebarkan
senyumnya, karena pasti dia juga merasa sama seperti apa yang saat itu aku
rasakan, bahwa
ruangan yang semula hanya sejuk dan hangat bertambah dengan keakraban.
fantastis… ; tidak
perlu semua pengunjung harus seperti itu, hanya dengan satu pengunjung seperti
dia, cukup membuat
semuanya terasa begitu “benar”, tidak lagi ada batasan perbedaan antara pelayan
dan tamu, ini benar-benar hebat…!! hebat sekali menurutku. Begini seharusnya
memang; tidak ada perbedaan antara satu orang dengan orang yang lain, yang ada
hanya perbedaan wilayah kerja dan tanggung jawab saja, tanpa harus berarti
perbedaan siapa lebih tinggi dari yang lain. Sekaligus itu yang membuat aku
semakin tertarik dengan seorang perempuan
yang memiliki nama mirip dengan pelantun tembang tegar dan
penyuka bunga mawar serta warna ungu, merah maron dan pink (merah muda) itu, yaa..
Rosa namanya.
Minuman
dan makanan telah dihantarkan di meja,
obrolan ringan terjadi silih berganti, sampai akhirnya seperti kebiasaanku yang
selalu lebih cepat saat makan daripada kebanyakan teman-temanku, ternyata juga
lebih cepat darinya.
Ini kesempatan...
Seruku dalam hati
jika
memang boleh dibilang seperti itu.
Aku
melangkahkan kaki menghampiri laki-laki lain yang bukan berbadan mungil tadi,
tetapi juga merupakan salah satu dari beberapa orang yang bekerja
dan sedang berada di lorong itu,
mas…ada
tanaman bunga yang sedang mekar gak di sini?
begitu
kira-kira aku mulai bertanya
cuman
ada beberapa bunga disini mas, teratai, bunga sepatu dan satu lagi saya tidak
tau namanya...
dan
bunga yang dia tidak tau namanya itu justru yang sedang mekar menurutnya.
mau
saya lihatkan mas…
sambungnya.
mendengar
penawaran itu aku langsung mengiyakannya,
oke..terimakasih
mas
jawabku dengan memanggutkan kepala, dengan pandangan ke
atas seakan membayangkan bunga apa itu.
Sejurus
kemudian aku kembali duduk di samping pecinta bunga yang belum juga selesai
makan.
Beberapa
menit berselang, dari pintu lorong yang lain seorang laki-laki seakan memberi kode untuk
memanggilku, dan ternyata dia adalah laki-laki yang menawarkan bantuan tadi, dan aku segera
menghampirinya,
menghiraukan anggapan Rosa
yang sedang duduk dan menikmati makanannya berpikir macam-macam;
kenapa
macam-macam??!!
Karena
menurut aku bisa saja dia berpikir dan bertanya dalam hati, kenapa denganku
yang beranjak sampai beberapa kali, dan “iya!” aku menghiraukan kemungkinan
itu.
maaf
mas, cuman ini yang mekar paling sempurna yang bisa saya temukan
kata
laki-laki yang memanggilku dengan isyarat tadi
gakpapa
mas, terimakasih banyak
jawabku.
Ternyata
memang benar; pantas saja dia tidak mengetahui nama bunga itu, karena bukan
hanya dia, tetapi aku juga untuk pertama kalinya melihat bunga dengan bentuk
seperti itu.
Maklum
saja aku bukan lulusan pertanian atau botanical
agronomy yang mungkin saja lebih tahu, tetapi aku adalah lulusan ilmu
komunikasi dengan konsentrasi audio
visual; seharusnya itu bukan alasan, karena tidak seharusnya seseorang
hanya membatasi diri dengan disiplin ilmu yang dimilikinya, tetapi dia juga
harus terbuka untuk ilmu-ilmu yang lain agar lebih berkembang dan
berpengetahuan luas;
cukuplah
untuk satu lagi penyesalan; lain kali aku akan berusaha lebih baik lagi untuk
belajar tentang banyak hal, begitu juga kalian.
mau mengutarakan cinta
ya mas..?
laki-laki
itu bertanya,
yang spontan
membuat aku kaget mendengar pertanyaan darinya dan aku hanya bisa senyum dan...
nggak…,
udah….??!!#$@#*!?!
Itu
salah satu jawaban yang paling membingungkan menurutku; sebuah jawaban
dari aku sendiri, dan aku bingung juga dengan arti jawaban itu.
bingung
karena aku sendiri tidak melabeli dengan nama tertentu apa yang aku lakukan
ini, yang jelas aku berniat tidak hanya mengungkapkan dan membuktikan kalau aku
sayang dengan dia yang saat itu sedang berdua dengan makanannya yang juga belum
habis, tetapi mencoba membuatnya semakin mengerti dengan apa yang aku rasakan;
itu saja.
Transaksi
antara aku dan laki-laki tadi berakhir dengan saling berjabat tangan tradisi
kebanyakan prosesi nikahan; yang dengan “vulgar” menyatakan, lebih berkesan jika
tidak berbentuk kado atau karangan bunga, dengan gambar mirip celengan di atas
kalimatnya. Aku melakukannya, bukan karena laki-laki itu menuliskan atau
menyampaikan kalimat serupa, bukan juga karena laki-laki tersebut baru saja
menikah,
bahkan aku tidak tahu dia sudah menikah atau belum; tetapi yang jelas aku
merasa itu perlu dilakukan karena, aku sudah membuat dia melakukan sesuatu yang
bukan tugasnya.
Terimakasih
sekali lagi buat masnya, saya puas dengan “service” yang anda berikan, saya
pasti kembali dan semoga tetap bersama dia (dalam hatiku saat menulis ini).
Sisa
beberapa suap lagi dan makanan pun habis, kemudian obrolanku dan dia berlanjut, dan sekarang level
keseriusan topik obrolan semakin bertambah.
Serupa
dengan saat dia menyampaikan rahasia tentang dirinya beberapa waktu lalu,
rahasia yang bisa saja menjadi hambatan menurutnya bagi kami, dan masih serupa
dengan waktu itu; tercengang memang, tetapi anehnya
itu tidak membuat aku malas atau bahkan “menyerah” tapi malah semakin menyayanginya.
Membuat
aku semakin merasa “hidup”; toh…hidup memang tentang perjuangan menurutku,
dan aku akan berjuang untuk itu insyaALLAH,
Senyum
yang nampak indah dengan lesung pipit yang menghiasi, yang keluar setelah aku
mengungkapkan niatku; lesung pipit yang menurutku terlalu sayang untuk
“disembunyikan” olehnya, hingga salah satu cita-citaku kini membuat lesung
pipit itu selalu menempel “tepat”
disitu.
Setangkai
bunga kecil, yang sedikit terlalu kecil saat coba aku bungkus dengan kertas
tissue waktu di toilet sebelumnya; agar mirip dengan bucket paling sederhana. Setangkai bunga kecil tanpa
nama serta tanpa bungkus aku sodorkan saat itu, bersama kecupan kecil di pipi
kanan dekat telinga sembari membisikkan
aku
sayang sama kamu...
hening sesaat...
pipi
berlesung pipit itu nampak sedikit memerah dan “merontokkan” jantung katanya.
Aku tidak tahu bagaimana bentuk dan rasa “rontok” itu, tapi mungkin sama dengan
apa yang aku rasakan setiap aku melihat senyum, mata dan lesung pipit itu.
Suasana hening dan rontokan-rontokan itu berlangsung
sampai akhirnya kami beranjak keluar dari lorong itu,
Intermezzo
ya kang…
katanya
sesaat sebelum kami beranjak pulang,
ada
seorang peramal yang
menebak…, kalo
jodohku nanti adalah laki-laki dengan nama yang berhuruf depan D…
Tidak
banyak komentar untuk kalimat yang satu itu, bahkan mampu membuatku hanya diam
dan merenung sepanjang perjalanan kami pulang…
Aku
bukan Doni, Dito, Dadang, Djumain, Diego, atau D yang lain…
gaungku dalam hati
I’am a man with T letter on my first name,
but i love you and care about you…, so what next...
Ps: buat
semua peramal di dunia, tebakan kalian tidak cukup untuk membuat aku berhenti
sampai di sini… J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar